Potensi

Beberapa Tradisi lebaran Unik Khas Warga Desa Randupitu

Hari raya selalu identik dengan berbagai hal yang menyenangkan. Hari Raya Idul Fitri kerap disebut dengan hari raya lebaran selalu ditunggu-tunggu oleh semua orang. beragam tradisi lebaran unik menjadi moment yang ngangenin dan terjaga kelestariannya. karena hanya setahun sekali, semua orang antusias menyambut kedatangannnya.

Membahas berhubungan tradisi saat lebaran, setiap daerah atau wilayah tertentu memiliki tradisi unik yang terkadang tidak dimiliki oleh daerah lainya. Walaupun terkadang ada beberapa juga kesamaan di dalamnya. Bagi masyarakat kota dan desa, tradisi lebaran tetu jauh berbeda. Kalau masyarakat kota selalu melestarikan budaya mudik meninggalkan tempat tinggalnya menjeleang lebaran, maka masyarakat desa tentu sebaliknya. Mereka bersiap-siap membersihkan rumah untuk menyambut kedatangan keluarganya yang datang dari kota.

Diantara tradisi unik itu sebagai berikut:

1. Berkirim makanan/parcel
Pada masyarakat desa Randupitu, tradisi ini disebut dengan weweh. tradisi ini dijalankan oleh semua lapisan masyarakat randupitu. Biasanya pemberian makanan/parcel ini diberikan oleh keluarga muda ke famili yang lebih tua atau dituakan. Misalnya keponakan kepada paman, bibi, maupun neneknya. yang memberikan tentunya harus sudah berkeluarga karena itu syarat kemandirian dalam masyarakat. kalau belum berkeluarga, tidak ada kewajiban atau tuntutan untuk memberikan makanan/parcel.

Sebagai balasannya, famili yang lebih tua tersebut memberi uang saku terhadap yang memberikan makanan/parcel. Namun ini juga tidak wajib, tergantung kemampuan famili tua. Semakin banyak jumlah familinya, semakin banyak pula parcelan yang didapat.

Jika di masa-masa lalu weweh harus berupa makanan siap santap (makanan matang), dimasa sekarang tradisi sedikit berubah. Weweh zaman sekarang berupa bahan makanan mentah seperti sembako, jajanan hari raya, pakaian dan sebagainya. hal ini untuk efisiensi karena kalau makanan matang banyak dibuang sehingga mubadzir. kalau makanan mentah tentu awet dan bisa digunakan kapan saja.

Tradisi berkirim parcel/makanan di desa Randupitu sekarang ini tidak melulu untuk keluarga saja. Namun ada kalanya diberikan pada orang yang dihormati seperti: guru, ulama dan juga pejabat desa.

2. Ziarah ke makam
Nyekar atau ziarah ke makam keluarga yang telah meninggal menjadi tradisi lebaran unik di Desa Randupitu. Biasanya ziarah ke makam dilakukan sehari atau 2 hari sebelum hari raya Idul Fitri. Orang-orang akan mendatangi pemakaman, membersihkan makam keluarganya dan memanjatkan doa bagi keluarga yang telah pergi meninggal dunia.

3. Megengan

Tradisi megengan sendiri dilakukan menjelang sholat maghrib. pada tradisi megengan, setiap warga berkumpul di Mushollah atau masjid untuk membaca doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Setelah membaca doa masing-masing warga diberikan buah tangan yang dalam istilah desa disebut berkat.

Berkat biasanya berupa nasi yang diletakkan di wadah kecil disertai dengan lauk daging/telur/ayam dan juga ditambah aneka jajanan pasar.

4. Silaturrahim dan saling memaafkan
Moment terpenting saat lebaran tiba adalah tradisi yang satu ini, jutaan orang mudik saat lebaran tujuannya adalah bersilaturrahim dengan kerabat, teman dekat dan orang-orang yang dianggap penting di tanah kelahiran. Tradisi silaturrahim lebaran menjadi moment lebarang yang dirindukan sekaligus kegiatan wajib setelah sholat Idul Fitri.

Saat dengan lebaran disahkan, masyarakat akan saling mengunjungi satu sama lain. Dimulai dari tetangga terdekat kemudian sanak famili dan baru kemudian mengunjungi teman-teman serta orang lainnya.

Aneka suguhan hari raya dibuat khusus untuk tradisi ini. Bagi tuan rumah, tamu yang datang harus disambut dengan baik dan diberi aneka suguhan. Meskipun terkadang tidak ada yang menyentuh makanan-makanan tersebut, namun setidaknya ada nilai kepantasan jika ada suguhan makanan di atas meja.

Pada momen ini biasanya akan menjadi waktu yang tepat untuk bermaaf-maafan. Ucapan Sepuntene bileh wonten lepat menjadi ucapan wajib diperdengarkan kala bertami dan bersilaturrahim. Jangka waktu silaturrahim tidak hanya sehari, namun bisa sampai 1 bulan mengikuti penanggalan bulan Syawal Hijriyah.

Di era modern seperti sekarang ini, acara silaturrahim kadang dikemas dengan kegiatan Halal bi Halal dan juga arisan keluarga. Di Lingkungan kantor dan sekolah namanya Halal bi Halal, namun kalau yang dikumpulkan keluarga besar, konsepnya jadi arisan keluarga yang biasa disebut Rapat Famili

5. Kupatan
Lebaran dan ketupat tentu telah menjadi dua hal yang tidak terpisahkan. Makanan khas lebaran ini biasanya yang akan disajikan bersama opor, rendang, semur, nyemok, lodeh, kerupuk udang dan beberapa jenis tambahan lainnya. Berbeda dengan daerah lainnya, tradisi kupatan atau membuat kupat di wilayah Desa Randupitu tidak dilakukan tepat tanggal 1 Syawal. Kupatan dilakukan seminggu setelah Sholat Idul Fitri tanggal 7 & 8 Syawal.

Tradisi kupatan ini dirayakan secara khusus. Selain tradisi-tradisi di atas, sebenarnya masih banyak lagi tradisi lainnya yang hanya bisa ditemui saat lebaran, misalnya tradisi Takbir keliling, menyalakan petasan dan kembang api, memakai baju baru, tradisi memberikan angpao saat lebaran, berwisata bersama keluarga dan masih banyak lagi lainnya. Namun tradisi yang kami sebut itu tidak semua masyarakat melakukannya. Hanya sebagian kecil saja yang masih melakukannya. Berbeda 5 Tradisi lebaran unik yang sudah kami ulas di atas. Semua warga Desa Randupitu pasti melaksanakannya (Arifu).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *